13
Dis
DAMPAK POSITIF PADA SOSIAL POLITIK MASYARAKAT MODERN DENGAN PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN PENERBITAN BUKU BERBASIS MELAYU KLASIK
Oleh : Dr. Abdullah Sani Usman
1.1 PENDAHULUAN
Globalisasi, dengan jelas telah mempengaruhi dan membentuk karakteristik masyarakat modern. Oleh yang demikian, globalisasi tentu mempunyai dampak, apakah dampaknya positif ataupun negatif. Hal ini perlu dicermati sejak awal, apa punca penyebabnya dan bagaimana cara untuk memperbaikinya, agar tidak terlambat memperbaikinya atau bahkan menjadi duri dalam daging yang sangat sakit dan susah untuk diatasi. Kebimbangan ini jelas terlihat dari gejala-gejala sosial yang terjadi yang turut membawa perubahan perilaku dan tindak tanduk masyarakat yang tidak sahaja berlaku di kalangan remaja, tetapi lebih dari itu juga terjadi pada sebahagian mereka yang telah dewasa.
Dari berbagai permasalahan kemasyarakatan yang sering terjadi adalah permasalahan sosial, ekonomi dan politik. Namun demikian, jika kita perhatikan lebih teliti tentang apa yang terjadi di kalangan masyarakat, maka yang sangat dominan dan banyak mempengaruhi permasalahan ekonomi dan politik adalah yang disebabkan oleh permasalahan yang terjadi pada perubahan sosial masyarakat. Permasalahan kemasyarakatan ini adalah seperti : dekadensi moral, hilang jati diri dan permasalahan kenakalan remaja lainnya. Oleh kerana itu, permasalahan sosial yang menjadi punca permasalahan dari semua aspek kemasyarakatan, patut menjadi topik yang paling penting dan perioritas utama untuk dibahas dan dikaji serta yang sangat perlu untuk disikapi sejak awal dari aspek-aspek lainnya, agar perbaikan akhlak atau dekadensi moral masyarakat hari ini tidak terlambat dan terabaikan.
Dengan keberadaan penerbitan dan penyedian buku adalah merupakan salah satu solusi dari beberapa solusi lain dan berbagai-ragam cara yang digunakan untuk penyadaran masyarakat. Kesadaran ini sangat penting dan ampuh, karena ianya mampu untuk mencegah dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam masyarakat hari ini. Buku, merupakan sarana yang paling berkesan untuk membentuk karakteristik masyarakat madani yang mempunyai ilmu pengetahuan yang luas dan mempunyai jati-diri yang kukuh dan berwibawa. Tidak diragukan lagi, dengan ilmu, budi pekerti dan moral masyarakat dapat dibentuk dan derajat kemanusiaan dapat ditingkatkan guna mencapai haknya yang sesungguhnya iaitu insan sebagai khalifatuLlah fil ardh.
Ditinjau dari bermacam-macam ilmu pengetahuan baik sosial, sains, ekonomi dan lain sebagainya, maka ilmu yang khusus dan membidangi ketinggian akhlak dan kemurnian sajalah yang mampu menyentuh langsung pada persoalan budi pekerti. Ilmu inilah yang akan membentuk dan melekatkan seseorang pada akhlak al-karimah dan berbudi luhur yang menjadi syarat utama sebagai insan.
Masyarakat Melayu Nusantara sudah terkenal dengan sopan santun, lemah lembut dan budi peketi luhur yang sangat agamis. Masyarakat Melayu Nusantara semuanya beragama Islam, mereka merupakan insan berakhlak tinggi. Mereka dahulunya, ilmu pengetahuan secara praktis boleh dikatakan diperoleh dari balai-balai pengajian atau di pondok-pondok pengajian, surau-surau di kampung, madrasah-madrasah dan/atau sejenis tempat lainnya. Tempat-tempat ini mungkin hanya merupakan sebuah bangunan yang sederhana dan sangat terbatas dari semua sisi, tetapi disebalik itu semua, tempat-tempat ini sangat mementingkan pada nilai-nilai akhlak dan budi pekerti luhur yang mempunyai misi dan visi agar nilai-nilai tersebut wajib dan mampu dimiliki oleh seseorang insan yang belajar ke tempat tersebut. Di tempat tersebutlah dipelajari ilmu-ilmu yang berdimensi ketinggian akhlak, keluhuran budi pekerti, hukum-hakam, fiqh, tasawwuf, hikmah-hikmah, nasihat, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, secara yakin kita ketahui bahawa orang-orang tua kita dahulu memiliki ilmu bil yaqin dan ahklaknya lebih tinggi dan lebih memberi efek dan manfaat kepada masyarakat luas jika dibandingkan dengan generasi hari ini.
Dari salah satu dampak positif akibat dari pembelajaran karya-karya Melayu klasik adalah dengan cara membandingkan dan mengamati serta memperhatikan pada faktor-faktor moralitas, seperti terjadinya dekadensi moral pada generasi dahulu era abad 20-an atau sebelumnya berbanding dengan era awal abad 21-an generasi hari ini. Memang benar, tentunya tidak dapat kita pungkiri, permasalahan kemasyarakatan tetap wujud di setiap era. Walaupun berbeza-beza bentuk dan nilainya, namun bila kita lihat secara konprehensif dan lebih teliti, jelas dekadensi moral yang terjadi pada generasi hari ini, jauh lebih terpuruk dan berbahaya baik untuk peribadinya ataupun masyarakat luas, berbanding generasi masa yang lalu. Di samping mungkin pada waktu itu, arus globalisasi belum begitu ketara atau terasa, atau mungkin juga dikarenakan masyarakat yang masih mempunyai nilai keagamaan dan fanatisme agama begitu kental dan kuat. Masyarakat generasi dahulu masih berpegang teguh pada prinsip-prinsip keagamaan, terutama akhlak dan budi pekerti luhur. Maka tidak diragukan lagi, ini yang menjadi dasar dan asas kekuatan yang berfungsi sebagai benteng masyarakat Melayu dahulu menjadi kukuh dan kuat, baik yang berbentuk ke dalam internal mahupun ke luar external dalam segala lini kehidupan. Mungkin ini semua menjadi satu yang urgen karena berkat ilmu Melayu klasik sangat berkesan dan mempunyai daya tarik tersendiri pada pemiliknya sehingga dampak positif begitu menyatu dengan peribadi pemiliknya. Dilihat dari sisi lain dampak positif pembelajaran masyarakat tempo dulu adalah hasil pengajaran yang berbasis ilmu-ilmu agama yang terbukukan dalam buku-buku Melayu klasik atau aksara Jawi (yaitu yang bertuliskan dengan huruf Arab Melayu) sangat berakar dan mempunyai pengaruh besar pada masyarakat generasi tersebut. Dengan itu, ilmu yang diperoleh adalah untuk diamalkan, sehingga akhlak dan budi pekerti era tersebut tercermin dalam kehidupan sehari-hari, dengan itu tentu masyarakat era tersebut relatif lebih baik berbanding sekarang ini.
Melihat dan berpedoman pada etika dan keadaan masyarakat dahulu yang berbudaya dan mempunyai karakteristik yang baik, dapat kita menilai bahwa pengaruh ilmu yang berbasis pada buku Melayu klasik dan wujudnya guru yang mengajarkan secara tulus ikhlas telah terbukti keunggulan khazanah atau buku Melayu klasik. Khazanah dan/atau buku Melayu klasik mempunyai nilai khusus untuk peradaban dan pembentukan karakteristik insan yang berbudaya dan mempunyai moralitas yang tinggil. Dengan kembali memberi semangat pada peremajaan buku-buku Melayu klasik dan memperbanyak buku-buku tersebut di pasaran dan mempunyai gairah kembali dalam penerbitan dan pengkajian buku-buku Melayu klasik, tentu akan membentuk dan memberi warna khusus dalam khazanah perbendaharaan buku-buku di Nusantara demi masa depan generasi yang berakhlak al-karimah.
Oleh karenanya, penguatan dan pengembangan ini jelas pasti akan membawa dampak positif pada generasi hari ini, yaitu salah satunya adalah dengan cara penggalian kembali khazanah Melayu Raya, pengkajian secara mendalam, peremajaan dan memperbanyak buku-buku tersebut di arena ilmu serta menggalakkan pihak-pihak yang berkaitan untuk menuju ke arah tersebut. Dampak positif pada penguatan penerbitan buku melayu klasik adalah untuk memperkuat kembali kerukunan masyarakat dan mempertajam pemahaman terhadap khazanah budaya Melayu yang pernah jaya dan terkenal dengan kehalusan budi pekerti dan kesantunan masyarakat Melayu Nusantara pada satu ketika dahulu.
Dalam konteks penguataran dan pengembangan tersebut tidak tertutup kemungkinan penerbitan tidak hanya sekedar memperbanyak penerbit-penerbitnya saja, tetapi juga sangat penting untuk menjadikan buku-buku tersebut diminati oleh semua kalangan masyarakat. Tentunya penerbit akan mencari kreasi-kreasi baru dan bentuk-bentuk yang menarik sehingga buku-buku tersebut menjadi sasaran tujuan. Yang sangat perlu diperhatikan adalah jangan sekali-kali tujuan asal buku tersebut hilang atau pudar, bahkan sebaliknya, tujuan asalnya adalah agar isi buku tersebut menjadi perimadona dan kembali dipelajari baik di tingkat masyarakat bawah bahkan sampai ke tingkat atas sekalipun.
2.1 SOSIAL POLITIK MASYARAKAT MODERN
Sosial politik masyarakat telah wujud sejak awal peradaban manusia ada, namun, ianya belum menjadi sesuatu pembahasan yang menarik di kalangan akademisi. Perkataan “sosiologi” pertama kali dimunculkan adalah pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18 oleh Auguste Comte (1798-1857). Sosiologi yang dimaksud adalah bertujuan untuk membincangkan tentang kemasyarakatan, baik yang berhubungan dengan politik, komunikasi, budaya dan lain sebagainya.
Sosial politik masyarakat modern yang dapat kita lihat dari beberapa perspektif, sangat berkait rapat dengan pengaruh sosiologi politik, yaitu dengan cara yang secara sederhana dapat didefinisikan sebagai subjek area (bidang subjek). Selain itu, terdapat juga pandangan lain yang menamakannya dengan mata rantai antar politik dan masyarakat, antar struktur-struktur sosial dan antar struktur-struktur politik bahkan, juga antar tingkah laku sosial dan tingkah laku politik.
Masyarakat modern merupakan masyarakat yang lebih bertumpu pada kehidupan yang berbentuk materialistik, sosial politik masyarakat generasi modern ini adalah bentuk masyarakat yang kita kenal dengan beberapa model budaya politik, seperti budaya politik parokial, budaya politik subjek dan/ataupun budaya politik partisipan. Skema konsepsi tersebut didasari pada empat konsep, yaitu ; sosialisasi politik, partisipasi politik, penerimaan atau perekrutan politik dan komunikasi politik. Hal senada yang hampir sama juga yang sebagaimana dinyatakan oleh Almond dan Verba (1990) yang mendefinisikan secara konseptual bahwa budaya politik adalah sebagai suatu sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik, keaneka-ragaman bagian yang terdapat di dalamnya serta sikap terhadap peranan warga negara di dalam sistem itu.
Bahkan lebih mendetail lagi bila kita mencermati pola budaya masyarakat modern, yaitu dengan mendasari frekuensi atau tingkat orientasi politik masyarakat itu sendiri, maka tingkat kognisi, afeksi dan evaluasinya terhadap objek politik adalah berkisar pada tiga tipe budaya politik, yaitu parokial, subjek dan partisipan.
Budaya Parokial ――― Struktur Politik Tradisional
Budaya Subjek ――― Struktur Politik Otoritarian Sentralistis
Budaya Partisipan ――― Struktur Politik Demokratis
Kendati demikian kompleks model pola budaya politik pada generasi dahulu dan terintegrasi serta berhubungan dengan masyarakat Melayu generasi terdahulu dengan beragam-ragam permasalahan ekonomi, sosial kemasyarakatan baik sosiologi politiknya dan/atau budaya politiknya atau lain sebagainya yang masuk di wilayah Nusantara, namun menariknya adalah budaya dan masyarakat Melayu masih kuat dan konsisten tidak rubuh, tetapi berdiri kukuh dengan nilai-nilai agamis dan pegangan mereka pada moral dan keperibadian luhur yang sangat terikat kuat. Kendati masyarakat modern yang terhias dengan segala sesuatu yang canggih dan serba mudah serta bersifat serba elektronik dan automotif, tidak menggoyahkan keperibadian moralitas generasi Melayu terdahulu.
Bahkan sebaliknya, ini menjadi satu jaminan kekuatan mereka untuk tidak bergeser dengan pegangan moral yang mereka miliki pada pengaruh modernitas. Masyarakat Melayu mempunyai prinsip baja, konsisten, berdiri kukuh, tidak tergohyahkan dengan modernitas, semua itu adalah berkat karena masih terdapat satu nilai yang sangat prinsipil dan haris dijaga dan pegang kuat, yaitu nilai agama dan norma-norma yang berbentuk moral dan etika. Nilai dan norma inilah yang menjadi barometer kukuhnya budi pekerti dan akhlak masyarakat Melayu generasi tersebut. Masyarakat Melayu yang secara umum adalah masyarakat yang agamis, santun, setia dan toleran serta berbudaya kemasyarakatan yang kental, dapat kita kenal dengan mudah di antaranya dengan adanya rasa kasih sayang, gotong-royong, rasa kekeluargaan yang tinggi dan sitarurrahmi yang sangat kuat.
Namun, ironisnya hari ini kita lihat sedikit demi sedikit terhakisnya dan memudar serta longgarnya nilai-nilai luhur tersebut. Rasa kekeluargaan menipis, kesetia-kawanan pudar, budi pekerti luhur hilang, dekadensi moral merajalela di seluruh lapisan masyarakat. Perubahan paradigma masyarakat Melayu modern ini terjadi, setelah gencar dan giat-giatnya arus globalisasi melanda dunia. Secara umum arus globalisasi yang mempunyai dapak positif atau negatif, lebih banyak dampak negatif yang diserap masuk dan terjadi dalam masyarakat Melayu generasi hari ini. Hal ini sangat memperihatinkan dan sangat disayangkan, bila kita bandingkan dengan generasi dahulu dan apa yang selayaknya terjadi pada era modern Masyarakat hari ini. Seharusnya, generasi sekarang tidak tergilas dengan modernitas yang berlaku, tetapi seharusnya modernitas merupakan gaya atau cara hidup yang disandingkan, tidak harus merusakkan prinsip-prinsip hidup kita sebagai bangsa Melayu yang agamis dan penuh norma dan nilai ketamadunan yang tinggi.
3.1 PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN PENERBITAN
Penguatan dan pengembangan penerbitan buku merupakan solusi dan cara bijak serta satu alternatif yang sangat signifikan untuk mengatasi permasalahan kemasyarakatan, terutama bidang ilmu pengetahuan dan bidang-bidang lainnya, baik yang bersifat ekonomi, politik dan juga sosial kemasyarakatan. Hal ini menjadi lumrah dan patut untuk terus dikembangkan dan dilestarikan, mengingat dengan pengembangan dan dengan memperkayakan khazanah ilmu pengetahuan yang berbasis agama, sosial kemasyarakatan dan bidang-bidang lainnya merupakan solusi cerdas untuk mengembalikan era keemasan ketamadunan Melayu dapat bertapak dan bersanding dengan modernitas di bumi Nusantara.
Seyogyianya tidak menjadi halangan budaya bangsa bersanding bahu dengan kemajemukan, kemajuan, kecanggihan dunia IT dan/atau lain sebagainya. Sudah sepatutnya, justeru kita mesti kembali pada hakikat ketamadunan dan peradaban yang selaras dengan kehendak zaman yaitu, kembali pada penguatan budaya Melayu yang agamis, toleran, setia, sopan santun dan penuh norma-norma dan nilai-nilai yang berbudi pekerti luhur yang tinggi.
Yang perlu pada kita adalah caranya yang harus kita fikirkan bersama, ini yang menjadi penting, yaitu tujuan dari penguatan dan pengembangan penerbitan buku-buku, apatah lagi buku-buku yang berbasis Melayu klasik. Beberapa keutamaan atau keistimewaan, di antara sekian banyak keunikan dan kelebihan mempelajari buku-buku Melayu klasik, di antaranya adalah; dengan mempelajari buku tersebut seakan-akan kita dapat merasakan nilai-nilai historis dari isi kandungan yang terdapat di dalam buku atau naskhah Melayu tersebut. Selanjutnya, isi buku-buku dan/atau kebanyakan buku-buku Melayu klasik, adalah isi kandungan berbentuk nasihat, agama, sejarah ketamadunan yang sangat berguna untuk penguatan moral dan akhlak anak bangsa.
Yang menjadi tantangan adalah bagaimana untuk menjawab sebuah solusi keberkesanan buku-buku yang diterbitkan. Bagaimana mengkreasikan buku-buku terbitan menjadi penguatan dan untuk pengembangan penerbitan. Ini yang menjadi pembahasan yang urgen untuk mewujudkan penerbit yang bonafit, demi penerbitan yang bermutu dan dapat mengeluarkan buku bermutu yang berbasis Melayu klasik.
Dari sisi yang lain juga perlu pemikiran yang serius, guna dapat menggalakkan masyarakat membaca atau masyarakat buku. Sehingga buku menjadi nadi kehidupan masyarakat, mereka terikat dengan membaca buku. Kalau diumpamakan, hampir menyerupai kita hari ini yang terikat dengan “hand set” atau alat-alat untuk mengakses informasi (IT) lainnya. Sama seperti seketika dahulu atau mungkin juga hari ini, di mana masih terjadi keterikatan kita dengan jam tangan umpamanya, atau alat tulis atau benda-benda lainnya, apa saja yang menjadi kebiasaan kita sehari-hari.
Demikianlah hendaknya kita terikat dengan buku-buku yang bermutu lebih-lebih lagi yang berbasis Melayu klasik. Akhirnya, dengan sendirinya akan membentuk masyarakat yang kesehari-hariannya adalah membaca buku atau bahan-bahan ilmiyah lainnya. Singkatnya, boleh dikatakan masyarakat yang “tiada hari tanpa membaca buku”. Selanjutnya dan seiring dengan itu, penulis buku juga harus dari kalangan yang handal dan sosok yang benar-benar menulis buku secara bermutu dan/atau mengkaji sesuatu konteks atau teks benar-benar dapat memberi manfaat pada pembaca, terlebih lagi jika bidang kajian adalah buku-buku atau naskah Melayu klasik yang perlu menguras banyak tenaga dan waktu serta kehandalan.
Jika ini semua dapat kita bingkai dalam satu kesatuan yang kuat, maka penguatan dan pengembangan penerbit dan penerbitan akan bermakna ganda dan mempunyai nilai yangtinggi serta akan mendapat tempat yang sesuai di hati masyarakat pembaca. Pemberdayaan pengadaan buku yang berbasis Melayu, bertujuan membentuk kembali masyarakat agar menemukan kembali ketinggian budaya Melayu yang santun, toleran, berbudi luhur dan lain sebagainya. Ini semua berguna untuk kembali menjadikan kultur dan moral sebagai barometer dan tauladan. Moral yang baik adalah bertujuan untuk dicontohi, demi membentuk karakteristik masyarakat modern, agar tidak berlaku amoral dan terus terpuruk dalam dekadensi moral yang akut.Buku-buku atau naskhah Melayu klasik terdiri dari beragam-ragam bentuk dan bidang, ada yang berbentuk buku ada juga yang berbentuk naskhah. Bahkan, ada juga yang berbentuk kitab, bentuk ini yang umum yaitu, bentuk karya-karya ulama-ulama Melayu dahulu yang telah menterjemahkan kitab-kitab yang muktabar dari bahas Arab ke dalam bahasa Melayu-Arab, di antaranya adalah seperti :
· – Kitab Ihya ulumuddin karangan Imam Ghazaly[1]yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu, yang berubah nama kitab menjadi kitab Sairussalikin karangan syaikh Abdul Samad al Palembani[2].
· – Kitab Fiqh Sabil al-Muhtadin karangan Syaikh Muhammad Irsyad al-Banjari[3]yang mensyarah kitab Sirat al-Mustaqim karangan Syaikh Nuruddin ar-Raniry[4]yang merupakan saduran dari kitab-kitab fiqh yang muktabar dan/atau kitab-kitab mabsutat[5]karangan ulama-ulama besar dalam mazhab Imam Syafie. Di samping itu juga, terdapat kitab-kitab lain di antaranya, kitab tauhid, tasawwuf, amalan beribadah dan lain sebagainya karangan ulama-ulama Melayu Raya, seperti :
· Kitab al-Daru al-Thamin karangan Syaikh Daud al-Fathani[8].
Kitab Jamul Jawamik al-Musannafat karangan ulama-ulama Acheh dahulu yang kembali dikumpulkan oleh Syaikh Ismail bin Abdul Muthalib al-Asyi.
· Kitab Miftah al-Jannah karangan Syaikh Muhammad Thaib bin Masud al-Banjari.
· Kitab Sifat Dua Puluh karangan atau disusun oleh Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya, di Jakarta pada tahun 1324 Hijrah.
· Kitab Lumatul Urfan kitab tauhid yang di tulis oleh al-Ustaz al-Haj Muhammad Usman Basyah. Kitab Amalan Suluk Thariqat Naqsyabandiah Abuya Tgk. H. Djamaluddin Waly.
Dan kitab Al-Hikam karangan Abuya Tgk.H. Prof. Dr. Muhibbuddin Waly dan banyak lagi kitab-kitab lainnya yang telah dibukukan dan yang belum dibukukan dan ada yang perlu peremajaan, dengan tetap memelihara keaslian isi kandungannya.
Di samping itu, juga terdapat naskhah-naskhah klasik yang perlu ditahkikan dan dipetik isi kandungan naskhah tersebut, untuk menjadi pedoman dalam bidang masing-masing. Naskhah tersebut di antaranya, seperti naskhah sejarah Acheh[9]:
Sayed Abdullah Ibni Ahmad Ibni Abd. Rahman Jamalullail. Tentang Sejarah, Sastera Klasik atau Sastera Kitab, Politik, Adat Istiadat, Kanun dan Hukum-hakam.
· Demikian juga dengan (ms.) no. 3, yang berjudul “Kanun Syarak Kerajaan Aceh pada zaman Sultan Alauddin Mansur Syah”. Tahun 1270 Hijah. Oleh Sayed Abdullah Ibni Ahmad Ibni Abd. Rahman Jamalullail. Bidang “ Sejarah, hukum ketatanegaraan dan undang-undang”.[1]
· Ms. 4. Judul Tarafan susunan kerajaan Paduka Seri Sultan Alauddin Mahkota Alam Iskandar Muda Perkasa alam Imam Jumhuriah Al-Asyi Darusalam pada tahun 1023 Hijrah. Tarikh 1286 Hijrah. Pengarang/Penyalin Sayed Abdullah Ibni Ahmad Ibni Abd. Rahman Jamalullail. Gelaran Tengku di Mulek.
· Ms. 7. Judul Perihal berkenaan dengan shalat Jumaat dan berbagai hukum shalat sunat iadah zuhur sesuai dengan keadaannya dan tarikh kelahiran Sultah Iskandar Muda serta sejarah lima kerajaan besar di dunia yang telah berlalu dan yang akan datang. Tarikh 1254 H. Pengarang/Penyalin Sayed Abdullah Ibni Ahmad Ibni Abd. Rahman Jamalullail.
· Ms. 14. Judul Kutipan kitab Tazkirah Tabaqah tentang nasihat Sultan Iskandar Muda dan sanksi hukuman kepada penipu dan siapa saja yang menzalimi rakyatdengan hukuman yang telah ditetapkan.
Ms. 28. Bidang Ilmu Tasauf, ilmu Tauhid dan huraiyan berkenaan pembahagian makhluk secara peratus. Naskhah ini membahas berkenaan ilmu tasawuf, ilmu tauhid dan perbincangan berkenaan makhluk dan yang terbanyak ialah para malaikat mengikut peratus daripada sekalian makhluk Allah (SWT). Dalam pembahasan ilmu tasawuf dibincangkan berkenaan pembahagian amal ibadah kepada amal ibadah menurut syariat, tariqat dan hakikat. Juga ikut dihuraikan di akhir kitab ini tentang sifat Istifqar dan istighna` daripada sifat Allah (SWT). Dalam pembahasan pembahagian makhluk Allah (SWT) dalam bentuk peratus yang mana makhluk Allah yang paling banyak adalah para malaikat a.s. dan seterusnya pembahagian terhadap manusia secara keseluruhannya dan pembahasan pada criteria orang-orang saleh dan pembahagian mereka hamba Allah yang saleh hinggalah sampai pada para nabi-nabi yang jumlah mereka semuanya satu kati dua laksa empat ribu orang. Sedangkan pembahasan berkenaan ilmu tauhid iaitu berkisar dengan sifat-sifat Allah (SWT) dan segala yang berhubungan dengan sifat-sifat Allah (SWT) baik yang wajib, mustahil dan harus.
4.1 DAMPAK POSITIF
Dampak positif dari penguatan dan pengembangan penerbitan terhadap sosial politik masyarakat generasi hari ini, di antaranya adalah : dengan banyaknya penerbitan buku-buku bermutu dan pengkajian buku-buku Melayu klasik secara khusus, maka masyarakat modern kita hari ini, kiranya dapat kembali bercermin untuk kesesuaian hidup dan menyesuaikan diri. Modernitas pada era kecanggihan di zaman sekarang ini, tidak mesti membawa perubahan moral, tetapi masyarakat harus tetap kukuh dan kuat dengan kesantunan, kesopanan dan keluhuran budi pekerti.
Masyarakat harus mampu menyandingkan budaya Melayu yang telah terbukti, yaitu kuat memegang prinsip-prinsip agama dan memelihara kemurnian akhlak dan budi pekerti dengan modernitas. Dengan prinsip-prinsip sosial kemasyarakatan yang baik, tulus dan harmonis serta bernuansa agama yang benar, maka politik, bahkan semua lini kehidupan akan ikut baik dan serasi, sejalan dengan norma-norma yang seharusnya. Ini semua karena ketulusan hati dan kedamaian di hati telah terajut dengan sangat kuat, yang disebabkan prinsip moral yang tinggi dan ketulusan dari anak bangsa secara keseluruhan.Dengan terwujudnya peremajaan kembali dan pengkajian secara menyeluruh dan spesifik naskhah-naskhah Melayu klasik yang tidak hanya terdapat di negara-negara nusantara, tapi juga terdapat di museum-museum atau pustaka terkemuka dunia, seperti di Inggeris, Jerman, Spanyol dan Belanda, maka akan membuka geo-politik wawasan nusantara atau Melayu Raya dalam pengkajian yang serius. Hal ini berpeluang pada membangun ekonomi politik lebih terserlah dan sekaligus dapat mengangkat derajat ekonomi masyarakat, lebih baik lagi. Di samping itu, dampak positif moralitas masyarakat secara umum dengan terbentuknya moral bangsa yang tulen dan sesuai dengan ketamadunan jati-dirinya yang istimewa, seperti keluhuran budi pekerti dan sifat ketauladanan lainnya, maka geo-politik akan terarah pada posisi dan proporsi yang selayaknya, maka di sana dapat dibayangkan tidak mungkin terjadi lagi hal-hal yang merendahkan kewibawaan bangsa, akibat politik pragmatis yang rakus, seperti kolusi, korupsi, dan nepotisme yang membawa kepada kerusakan peradaban masyarakat itu sendiri. Akan tetapi, justru akan terjadi geo-politik yang sehat yang benar-benar mencerminkan “politik” sebagai wahana untuk menjalankan visi dan misi dalam mensejahterakan masyarakat dan memakmurkan negara.
Pemerintahan merupakan komponen dominan dalam menjalankan visi dan misi tersebut, tentunya dengan geo-politik yang sehat sebagaimana norma-norma yang patut untuk dijalankan demi mencapai kesejahteraan dan kemakmuran yang berbasis kedamaian dan ketamadunan sesuai kearifan lokal (local wisdom). Hal ini terbukti, dengan tampilan masyarakat Melayu dahulu di dunia Melayu Raya, dengan berkat pengaruh ilmu-ilmu yang didapatkan dari khazanah Melayu klasik sehingga membentuk moral masyarakat yang agamis yang mampu berjuang dan mempertahankan harkat martabat dari penjajahan luar. Mereka mampu menunjukkan nasionalisme yang tinggi dan patriotisme yang sejati dalam melawan dan menentang untuk membendung dan menghalau penjajahan di negeri mereka.
Moral mereka adalah semangat jati diri yang sebenar, sebagaimana yang seharusnya terjadi sesuai butiran-butiran ilmu yang terdapat dalam khazanah Melayu klasik. Jika seandainya, semangat moralitas kaum terdahulu dapat kita tapaki kembali hari ini dengan mempunyai gagasan-gagasan baru dalam warna modernitas, maka, dapat dibayangkan sosial politik yang berlunaskan pada ketinggian moral dan ketamadunan bangsa, ketamadunan Melayu akan menjadi salah satu bangsa yang dapat membawa gelombang dunia, kearah yang lebih bertamadun, damai dan sejahtera sesuai dengan tujuan kewujudan manusia di dunia ini. Dampak positif juga dapat dilihat dari segi internal kemasyarakatan, yaitu terjalinnya silaturrahmi yang tinggi, kesantunan dan lain sebagainya yang berada di bawah payung moralitas yang sesuai dengan norma yang terdapat dalam khazanah Melayu klasik, yaitu merekatkan dan mengeratkan kesatuan dan persatuan bangsa, bagai satu tubuh yang tidak boleh bercerai-berai antara satu anggota dengan yang lainnya. Inilah yang disebut ukhuwah atau persaudaraan yang perlu untuk terus dilestarikan dan dipupuk, jangan sampai terbiar dan runtuh dengan sendirinya.
Kemunduran dan/atau kekalahan sebuah bangsa adalah disebabkan keruntuhan moral bangsa tersebut. Oleh karenanya baginda Rasulullah menegaskan bahwasanya salah satu sebab pengutusan kerasulan baginda Rasulullah (saw) ke dunia ini, adalah untuk penyempurnaan akhlak. Ini jelas dengan kemuliaan akhlak hati yang bengis dapat didamaikan, kedengkian hati dapat dihilangkan, hati yang takabur dan tidak khusyuk dapat ditentramkan. Dengan hati yang tuluslah, kunci kesuksesan dan kedamaian untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.
5.1 KESIMPULAN
Penguatan dan pengembangan penerbitan buku-buku atau naskhah dalam khazanah Melayu klasik, sangat perlu untuk diapresiasi dan ditindak lanjuti. Penguatan ini sangat potensial untuk mengembalikan khazanah Melayu pada posisi dan proporsinya, sebagai barometer pembentuk moralitas dan budi pekerti yang luhur yang sepatutnya menjadi pakaian hidup kita generasi hari ini. Pengkajian dan peremajaan kembali khazanah Melayu klasik, sangat edial dan signifikan dijadikan pembahasan yang serius agar penguatan dan pengembangan penerbitan buku-buku yang berbasis Melayu klasik lebih terserlah lagi. Penguatan dan pengembangan ini dapat member dampak positif pada masyarakat generasi hari ini.
KEPUSTAKAAN
KEPUSTAKAAN
A. Hasjmy. 1975. Iskandar Muda meukuta alam. Jakarta. Penerbit Bulan Bintang.
A. Hasjmy. 1976. Peranan Islam dalam perang Aceh dan perang kemerdekaan Indonesia. Jakarta. Penerbit Bulan-Bintang.
A. Hasjmy. 1983. Kebudayaan Aceh dalam sejarah. Jakarta. Beuna.
Abdullah Sani Usman Basyah. 2010. Krisis Legitimasi Politik dalam sejarah Pemerintahan di Aceh. Jakarta. Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI.
Abdullah Sani Usman. 2005. Nilai sastera ketatanegaraan dan undang-undang dalam kanun syarak kerajaan Aceh dan bustanus salatin.Bangi. Penterbit UKM.
Anthony D. Smith. 1993. Tentang konsep bangsa dalam A Europe of Nations—or the Nations of Europe?,” Journal of Peace Research, Vol. 30, No.2.
Ariffin Omar. 1999. Revolusi Indonesia dan bangsa melayu runtuhnya kerajaan-kerajaan melayu sumatera timur pada tahun 1946. Pulau Pinang. Penerbit Universiti Sains Malaysia.
Blank, Robert H. 1980. Political parties an introduction. United State of America. Prentice-Hall, Inc.
Carr, E.H. 1945. Nationalism & After, London: Macmillan. Development & Discourse.
Dada Meuraxa. 1974. Sejarah kebudayaan Sumatera. Medan. Penerbit Firma Hasmar.
Davies, Matthew N. 2005. Indonesia`s war over Aceh last stand on Mecca`s porch. London and New York. Routledge.
Devine, Donald. 1972. The Political Culture of the United States. Boston: Little
Giddens, Anthony. 1998. The Third Way. Cambridge: Polity Press.
Hertz, S. 1945. Nasionalism, In History and Politics. London: Kegan Paul.
Heywood, Andrew. 1998.Political Ideologis: An Introduction. London: Macmillan
Horsman, Mathew & Andrew Marshal. 1994. After The Nation State: Citizens,
Huntington, Samuel. 1996. The Clash of Civilizations and The Remaking of World Inroads & Intrusion. Princeton: Princeton University Press.
Kahin, McT. 1952. Nationalism and Revolution in Indonesia. Ithaca: Cornell University Press.
Kamenka, E. (ed). 1976. Nationalism: The Nature & Evolution of an idea. London:
Koch, D.M.G. (1950). Omde Vrijheid:De Nationalische Beweging in Indonesiae. Jakarta: Pembangunan.
Korten, David. 1996. When Corporations Rule The World. Conecticut California: Kumarin Press Inc & Berret-Koehler Publisher.
Lake & Rotchild. 1998. The International Spread of Ethnic Conflict. Princeton:
Nagazumi. 1972. The Dawn of Indonesian Nationalism. Tokyo: Institute Developing Economics.
Ohmae, Kenichi. 1995. The End of The Nation State. The Rise of The Regional
Olzal, Susan. 1992. The Dynamics of Ethnic Competition & Conflict. Stanford: Order. New York: Simon and Schuester Inc. Peace.. West Hartford: Kumarian Press. Press Ltd. Press. Princeton University Press.
Rosenau, Pauline Marie. 1992. Post-Modernism & The Social Sciences, Insights,
Snyder. 1960. Varieties of Nationalism. Cambridge: Harvard University Press. Stanford University Press.
Wertheim, W.F. 1956. Indonesian Society in Transition. The Hague: vanHoeve.