Dr Roger Tol Mantan Ketua Pustakawan Institut Linguistik dan Antropologi (KITLV) Diraja (Tamadun Melayu - Bugis) (Belanda)

Dr Roger Tol ialah Mantan Ketua Pustakawan Institut Linguistik dan Antropologi (KITLV) Diraja di Leiden. Minat penyelidikannya tentang tradisi bertulis dan lisan dari Indonesia, khususnya dalam bahasa Melayu dan Bugis serta pemuliharaan manuskrip asli. Minat utamanya ialah kesusasteraan kepulauan Indonesia, khususnya kesusasteraan Sulawesi Selatan dan tradisi kesusasteraan Melayu. Karya penerbitannya termasuk Een haan dalam oorlog. Toloqna Arung Lahuaja, een Buginees heldendicht (Dordrecht, Providence: Foris. 1990. Verhandelingen van het KITLV 141) dan 'Makanan ikan pada dahan pokok. Makna tersembunyi dalam puisi Bugis' (Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 148 [1992]:82-102). Dr Tol adalah editor siri faksimili Manuscripta Indonesia yang boleh dihubungi di KTTLV, P.O. Box 9515, 2300 RA Leiden, Belanda.

Peneliti bahasa dan budaya Indonesia Universitas Leiden Belanda Dr Roger Tol berkata, nominasi naskah naskah warisan Indonesia ke UNESCO diajukan secara bersama oleh Belanda dan Indonesia. Seperti naskah “Tentang apakah isi Hikayat Aceh? Sultan Iskandar Muda. Naskah ini berbentuk cerita sejarah, puji-pujian kepada Sultan Iskandar Muda, Sultan Aceh masa itu,” kata Roger dipetik acehkini.id dari Youtube Perpustakaan Universitas Leiden.

Manuskrip Hikayat secara resmi menjadi Memory of The World atau warisan dunia yang ditetapkan organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB pada 18 Mei 2023. Naskah berbahasa Melayu dalam aksara Arab itu menceritakan Aceh pada masa Sultan Iskandar Muda. Bagi Roger, manuskrip ini sangat istimewa. Sebab, tergolong sangat tua untuk sebuah manuskrip berbahasa Melayu. Naskah tersebut ditulis pada abad ke-17. “Jadi, dari abad yang sama dengan peristiwa yang diceritakan di dalamnya,” katanya. Penyusunan naskah tersebut atas inisiatif dari putri Sultan Iskandar Muda. Di dalamnya juga banyak menceritakan kehidupan di Aceh masa itu, perang, Islam, dan hubungan luar negeri Aceh—di antaranya dengan Portugal, Cina, dan Turki.

Naskah Hikayat Aceh tergolong langka. Menurut laman Universitas Leiden, ada tiga manuskrip yang diusulkan ke UNESCO. Dua di antaranya saat ini disimpan di Leiden dan satu lagi di Perpustakaan Nasional Indonesia.Naskah tertua dan paling lengkap ada di Leiden, yang ditulis sekitar 1675-1700 Masehi. Sebuah salinan yang juga di Leiden ditulis pada 1874. Seperti di Perpustakaan Nasional Indonesia ditulis pada awal abad ke-20.